Selasa, 12 November 2013

KUTAI PESISIR KU, HARAPANKU...

Pemekaran wilayah bisa jadi solusi untuk mengembangkan suatu daerah. Tapi semua pemerintah daerah (Pemda) harus berhati-hati. Pasalnya, pengembangan daerah baru itu bisa menjadi blunder, jika tak dianalisis secara matang. Alih-alih ingin menyejahterakan rakyat, daerah baru itu akan sulit membangun. Berdasarkan data yang dihimpun Kaltim Post (Grup JPNN), nyaris semua kabupaten/kota di Kaltim dan Kalimantan Utara (Kaltara) berencana memekarkan sebagian wilayahnya untuk kabupaten atau kota baru. Setidaknya terdapat 14 rencana pemekaran kabupaten/kota dan satu pemekaran provinsi baru di wilayah Kaltim dan Kaltara. Kutai Kartanegara (Kukar) daerah yang paling banyak untuk rencana pemekaran wilayah. Sebagian wilayah kabupaten itu rencananya akan dimekarkan menjadi dua kabupaten dan satu kota. Yakni Kabupaten Kutai Pesisir yang terdiri dari Kecamatan Samboja, Muara Jawa, Sangasanga, Anggana, dan Loa Janan. Dari sekian usulan pemekaran wilayah di Kaltim, Kutai Pesisir dinilai yang akan tercepat terealisasi. Begitu Presiden SBY mencabut moratorium pemekaran, Kutai Pesisir pun terbentuk. Alasannya, selain karena wilayah ini yang paling dulu menyuarakan pemekaran, pemerintah pusat menilai Kutai Kartanegara (Kukar), sebagai kabupaten induk menyimpan banyak masalah. Pertimbangan inilah, menurut Anggota Komisi II DPR RI Aus Hidayat Nur, yang menodrong Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) memprioritaskan proses usulan pemekaran Kutai Pesisir. Tak hanya disetujui DPR, khususnya komisi II yang membidangi pemekaran, Kutai Pesisir juga telah mengantongi Amanat Presiden (Ampres) terkait persiapan pembentukannya. “Di Kaltim baru Kutai Pesisir yang mendapat ampres. Sementara daerah lain yang diusulkan, belum,” ujar Aus Hidayat. Banyaknya kasus korupsi dan penyimpangan yang selama ini terungkap di Kukar, kata Aus, menjadi cacatan Kemdagri dan DPR. Kukar yang memiliki APBD terbesar di Indonesia hingga mencapai Rp 5 triliun per tahun, bukannya membuat daerah ini lebih maju, melainkan banyak pejabatnya yang tersandung kasus korupsi. “Apalagi syarat untuk dimekarkan terpenuhi,” ucapnya. Berdasarkan cacatan , sejak mantan Bupati Kukar Syaukani HR diperkarakan KPK akhir 2006 lalu terkait kasus korupsi, satu per satu pejabat Kukar “berguguran” dan masuk penjara. Hingga awal 2010, sedikitnya 23 pejabat birokrasi dan anggota DPRD tersangdung kasus mengemplang uang negara, dan sebagian perkaranya sudah mendapat putusan tetap. Menurut Aus, selain persoalan hukum, yang perlu dibenahi adalah komposisi wilayah kecamatan yang tergabung Kutai Pesisir. Sebab berdasarkan hasil paripurna DPRD Kukar beberapa tahun lalu, ada 5 kecamatan yang diusulkan tergabung Kutai Pesisir, yakni Muara Jawa, Samboja, Anggana, Sangasanga, dan Loa Janan. Sementara Muara Badak dan Marangkayu tidak dimasukkan dengan pertimbangan, agar Kukar tetap memiliki potensi migas. Sebaiknya Kutai Pesisir dimekarkan dulu sebagai kabupaten, setelah itu Provinsi Kutai Raya dibentuk,” kata wakil rakyat dari Kaltim ini. Namun di sisi lain, ia menilai, wacana yang dilontarkan Bupati Kukar Rita Widyasari itu bermuara dari kesalahan Gubernur Kaltim. “Kesalahan pada gubernur. Bagaimana memperjuangkannya jalan provinsi dan nasional yang rusak. Menurut saya pemekaran wilayah belum menyelesaikan itu,” ujar politisi PKS ini menambahkan saat ini ada ratusan daerah yang ingin dimekarkan dan usulannya sudah masuk di Komisi II DPR

Sabtu, 08 Oktober 2011

.........Peta Kerapatan Drainase............
Pembuatan peta kerapatan drainase buat dengan menggunakan peta subDAS kota Balikpapan skala 1:50.000. Kemudian setiap subDAS dihitung setiap kerapatannya dengan formula yang dirumuskan oleh Linsey (1959) ialah kerapatan pola aliran (km/km2) = panjang sungai orde ke-n (km) dibagi dengan luas orde ke-n (km2).
Pengklasifikasian kelas kerapatan drainase mengacu pada klasifikasi yang dikemukakan oleh Rahman (2002). Klasifikasi tersebut memuat klas rapat (Dd > 3,10 km/km2), klas agak rapat (Dd 2,28 – 3,10 km/km2), klas sedang (Dd 1,45 – 2,27 km/km2), klas agak jarang (Dd 0,62 – 1,44 km/km2), klas jarang (Dd < 0,62 km/km2).
Kota Balikpapan merupakan daerah yang memiliki percabangan sungai yang banyak. Sungai-sungai tersebut dengan bebrapa anak sungai serta beberapa saluran drainase yang berpengaruh terhadap proses hidrologi kota Balikpapan. Peta subDAS digunakan untuk membuat peta kerapatan drainase dengan menghitung panjang keseluruhan sungai maupun anak sungainya. Pada peta kerapatan drainase kota Balikpapan menunjukan kerapatan drainase rapat di Kota Balikpapan dengan presentase 72,74 % seluas 378,18 km2 yang terdapat pada Balikpapan utara dan Balikpapan barat yang lebih mendominasi klas rapat. Klas agak rapat dengan presentase 3,59 % seluas 18,71 km2, klas sedang 15,34 % seluas 79,77 km2, agak jarang 2,97% seluas 15,44 km2, dan klas jarang dengan presentase 5,33 % seluas 27,75 km2.

Tabel 14. Kerapatan Drainase
No Kerapatan Drainase Luas (Km2) Presentase (%)
1 Rapat 378.18 72.74
2 Agak rapat 18.71 3.59
3 Sedang 79.77 15.34
4 Agak jarang 15.44 2.97
5 Jarang 27.75 5.33
Jumlah 519.85 100
Sumber: Hasil perhitungan kerapatn drainase

Peta Penggunaan Lahan

.....Peta Penggunaan Lahan.......
Peta penggunaan lahan didapatkan dari peta penggunaan lahan bersumber dari RTRW Kota Balikpapan tahun 1994-2004. Pada prinsipnya pengguaan lahan merupakan suatu aktifitas yang berpola dan bersifat menetap untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu upaya pengenalan bentuk ataupun pola penggunan lahan berdasarkan informasi kenampakan yang ada pada citra maupun foto udara semata-mata tidak akan menghasilkan yang maksimal. Dengan kata lain interpretasi pengguaan lahan merupakan suatu proses yang tingkatannya lebih lanjut daripada intrpretasi penutuplahan. Jadi penggunaan lahan bukan hanya sekedar kanampakan penutup liputan lahan yang tergambarkan pada peta maupun pada citra foto udara.
Pengklasifikasian obyek kota didasarkan pada klasifikasi yang dikemukakan oleh V.F.L. Polle at al (1974). Ada tujuh klas tataguna lahan yang dikemukakan.
Pada peta penggunaan lahan kota Balikapapan dapat disimpulakan bahwa penggunaan lahan yang terdapat dikota Balikpapan berupa permukiman, industri, perkantoran/kelembagaan, perdagangan, transportasi, lahan kosong/rekreasi, lahan pertanian. Penggunaan lahan di Kota Balikpapan didomonasi oleh penggunaan lahan yang berupa lahan pertanian dengan presentasi 82,30 % seluas 408,73 km2. Sedangkan untuk penggunaan lahan yang berupa permukiman hanya dengan presentasi 10,86 % seluas 53,98 km2. Sisanya penggunaan lahan yang berupa industri dan lahan kosong/rekreasi yang masing-masing memiliki presentasi sebesar 4,44 % seluas 22,06 km2 dan 3,22 % seluas 16,01 km2. Lahan pertanian tersebar dibeberapa wilayah Kota Balikpapan sedangkan untuk permukiman terpusat pada pinggiran laut dan selat makasaar atau ditepi kota letaknya di wilayah Balikpapan tengah. Seperti halnya pada indutri, penggunaan lahan tersebut tersebar pada tepi-tepi sungai yang merupakan aksesibilitas perkembangan Kota Balikpapan yang berupa perusahan-perusahan pertamina, dan pengolahan kayu. Adapun yang termasuk daerah rekreasi antara lain kawasan wisata, lapangan golf dan lapangan olahraga.

Peta Kemiringan Lereng

.....Peta Kemiringan Lereng....


Kemiringan lereng merupakan faktor yang sangat mempengarui terhadap besarnya tingkat kerawanan banjir, serta drainase permukaan. Sebab secara umum dapat diketahui bahwa semakin besar kemiringan lereng suatu daerah, maka air akan semakin cepat untuk mengalirkan air. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemiringan lereng terhadap besarnya tingkat kerawanan banjir, maka dengan meteode yang digunakan ialah membagi kemiringan lereng ke dalam enam klasifikasi. Dimana masing-masing klas memiliki harkat tersendiri. Untuk daerah yang memiliki kemiringan lereng sangat curam, maka harkat kemiringan lereng untuk daerah tersebut rendah dengan nilai harkat 0, dan sebaliknya daerah dengan kemiringan lereng rendah maka memiliki harkat kemiringan lereng yang tinggi. Dalam penelitian ini menggunakan peta kemiringan lereng Kota Balikpapan bersumber dari peta digital.
Pengklasifikasian kelas kemiringan lereng didasarkan pada klasifikasi yang dikemukakan oleh Bakosurtanal (1999 dengan modifikasi). Klasifikasi tersebut memuat klas kemiringan lereng 0-1%, klas kemiringan lereng 1-2%, klas kemiringan lereng 3-4%, klas kemiringan lereng 4-6%, klas kemiringan lereng 6-8%, klas kemiringan lereng >8%.
Kemiringan lereng diturunkan berdasarkan tingkat kerapatan pada garis kontur, yang diinterpolasikan dari titik-titik ketinggian. Dalam penelitian ini peta kemiringan lereng didapatkan dari hasil perhitungan antara klas kemiringan lereng. Klas kemiringan lereng ditentukan berdasarkan kerapatan garis kontur yang merupakan perbandingan dari nilai Countur Interval dengan jarak kedua kontur dan dikali skala dalam meter.
Tabel 12. Kemiringan Lereng
No Kemiringan Lereng(%) Luas (Km2) Presentase (%)
1 0 – 1 310,94 62,61
2 1 – 2 0,85 0,17
3 3 – 4 4,71 0,94
4 4 – 6 2,24 0,45
5 6 – 8 1,96 0,39
6 >8 175,90 35,41
Jumlah 496,62 100
Sumber: Hasil perhitungan kemiringan lereng


Gambar 4. Kemiringan Lereng

Dari hasil pembuatan peta kemiringan lereng diperoleh tabel yang berisikan luasan (km2) dan presentase (%), sebagaimana disajikan dalam tabel 12 dan gambar 3. Pada tabel dan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa sebagain daerah kota Balikpapan didominasi oleh daerah yang datar dengan kelas kemiringan lereng 0-1 % dengan presentasi luasan area 62,61 %dan sangat curam dengan klas kemiringan lereng >8% dengan presentasi luasan area 35,41 %. Sehingga dapat dikatakan Kota Balikpapan memiliki topografi yang datar hingga sangat curam. Daerah yang datar memiliki ketinggian hingga 3 meter dpal. Karna daerah yang rendah tersebut maka Kota Balikpapan sering kali banjir pada saat hujan turun.

Peta Kerawanan Banjir Genangan


......Peta Kerawanan Banjir Genangan....
Studi kerawanan banjir Kota Balikpapan dikasifikasikan menjadi lima klas kerawana banjir antara lain kelas sanagat rawan, klas rawan, klas sedang, klas agak rawan, klas tidak rawan. Peta kerawanan banjir Kota Balikpapan diperoleh dari hasil analisis parameter-parameter studi kerawanan banjir yang berupa kemiringan lereng, kerapatan drainase, infiltrasi tanah, penggunanan lahan, dan curah hujan dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif (pengharkatan). Setiap parameter-parameter diatas sebelum dioverlay, terlebih dahulu diberi skor yang berbeda untuk setiap klas yang berbeda, serta diberi bobot sesuai dengan besarnya pengaruh parameter tersebut terhadap tingkat kerawanan banjir genangan. Metode overlay yang digunakan ialah Intersection yang mana data overlaynya berasal dari dua data yang saling bertampalan.
Kelas kerawanan banjir genangan yang berupa klas sedang merupakan kelas kerentanan banjir yang terluas, dengan presentase 45.87% dengan seluas 230.12 km2 dari luas total wilayah Kota Balikpapan. Kondisi kerentanan banjir klas sedang ini terletak pada kecamatan-kecamatan yang tersebar di Balikpapan tengah dan Balikpapan timur. Dengan sebaran spasial yang terdapat pada seluruh kecamatan yang ada di Kota Balikpapan yang memiliki karakteristik penggunaan lahan yang berupa permukiman dan pusat perdagangan. Karakteristik satuan lahan yang lain dari klas ini antara lain memiliki kemiringan lereng 0 – 1 %, kerapatan drainase agak rapat, infiltrasi tanah yang sangat jelek dan curah hujan yang tinggi yakni 2500 – 3000 mm/thn.
Kelas kerawanan banjir tidak rawan merupakan kelas kerentanan banjir yang kedua terluas, yakni dengan luas 124.55 km2 dengan presentase 24.82 % dari luas total wilayah Kota Balikpapan. Sebaran spasial pada kelas kerentanan banjir ini tersebar pada daerah kecamatan Balikpapan tengah, kelas kerentanan tidak rawan tersebar pada daerah kecamatan Balikpapan selatan. Kelas kerentanan banjir tidak rawan memiliki karakteristik satuan lahan yang berupa penggunana lahan ialah lahan pertanian, infiltrasi tanah jelek, dan kerapatan drainase agak rapat. Rincian mengenai kondisi kerawanan banjir Kota Balikpapan dapat dilihat pada tabel 18 dan gambar 8.
Kelas kerawanan banjir genangan yang berupa klas rawan merupakan kelas kerentanan banjir dengan presentase 17.04 % dengan seluas 85.48 km2 dari luas total wilayah Kota Balikpapan. Kondisi kelas kerentanan banjir klas rentan ini tersebar pada wilayah Balikpapan utara, Balikpapan barat, Balikpapan timur. Dengan sebaran spasial yang terdapat pada seluruh kecamatan yang ada di Kota Balikpapan yang memiliki karakteristik penggunaan lahan yang berupa permukiman. Karakteristik satuan lahan yang lain dari klas ini antara lain memiliki kemiringan lereng 0 – 1 %, kerapatan drainase rapat, infiltrasi tanah yang sangat jelek dan curah hujan yang tinggi yakni 2500 – 3000 mm/thn.
Kelas kerawanan banjir agak rawan di Kota Balikpapan memiliki luas 53.20 km2 dengan presentasi 10.60 % dari luas wilayah Kota Balikpapan. Sebaran spasial yang terdapat pada ssebagian daerah Kota Balikpapan yang diantaranya berada dikelurahan lamaru, kelurahan teritip, kelurahan karang joang dan kelurahan kariangau. Dengan karakteristik satuan lahan yang lain dari klas ini antara lain memiliki penggunaan lahan berupa permukiman, lahan kosong, serta kebun campuran, kemiringan lereng 6-8 %, kerapatan drainase agak jarang, infiltrasi tanah yang sangat jelek dan curah hujan yang tinggi yakni 2500 – 3000 mm/thn.
Kelas kerawanan banjir sangat rawan di Kota Balikpapan merupakan kelas yang paling kecil akan rentan banjirnya dengan memiliki luas sebesar 8.29 km2 dengan presentasi 1.65 % dari luas wilayah Kota Balikpapan. Sebaran spasial yang terdapat pada ssebagian daerah Kota Balikpapan yang diantaranya berada pada daerah kecamatan Balikpapan tengah, kelas kerentanan tidak rawan tersebar pada daerah kecamatan Balikpapan selatan. Kelas kerentanan banjir tidak rawan memiliki karakteristik satuan lahan yang berupa penggunana lahan ialah lahan pertanian, infiltrasi tanah jelek, dan kerapatan drainase agak rapat dan curah hujan yang tinggi yakni 2500 – 3000 mm/thn.

Kerawanan Banjir Genangan Kota Balikpapan
No Kerawanan Banjir Luas (Km2) Presentase (%)
1 Sangat Rawan 8.29 1.65
2 Rawan 85.48 17.04
3 Sedang 230.12 45.87
4 Agak Rawan 53.20 10.60
5 Tidak Rawan 124.55 24.82
Jumlah 501.64 100
Sumber: Hasil perhitungan kerawanan banjir genangan

Gambar 14. Kerawanan Banjir Genangan Kota Balikpapan
Dari hasil pembuatan peta kerawanan banjir genangan Kota Balikpapan diperoleh tabel yang berisikan luasan (km2) dan presentase (%), sebagaimana disajikan dalam tabel 18 dan gambar 8. Pada tabel dan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa sebagain daerah Kota Balikpapan didominasi oleh daerah yang sedang dan tidak rawan akan banjir genangan dengan presentase untuk klas sedang 45.87 % seluas 230.12 km2 serta kelas tidak rawan dengan presentasi 24.82 % seluas 124.55 km2. Sehingga dapat dikatakan Kota Balikpapan memiliki topografi yang datar dengan tekstur tanah yang kasar serta drainase yang baik sehingga tidak rentan atau dengan kelas sedang terhadap bajir genangan pada saat hujan dengan intensitas besar maupun intensitas kecil turun.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
UNTUK ZONASI DAERAH RAWAN BANJIR GENANGAN
KOTA BALIKPAPAN

Oleh
Muhammad Ali Wafa
08/273899/DGE/671

INTISARI


Kejadian banjir di Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur yang berlangsung setiap tahun pada saat hujan deras turun dengan karakteristik morfologi (bentang alam) kota Balikpapan merupakan kota pantai dimana pada daerah sekitarnya, umumnya merupakan kemiringan lereng landai hingga terjal. Dengan daerah yang landai dapat mengakibatkan daerah genangan air yang berlanjutan, sehingga perlu dan harus ditangani. Disamping itu daerah Balikpapan memiliki data mengenai pengendalian banjir, hanya saja dalam pengeolahannya masih belum akurat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji manfat dari Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Zonasi Kerawanan Banjir di Kota Balikpapan. Lokasi penelitian yang dipilih ialah Kota Balikpapan karena setiap tahunnya secara priodik daerah ini mengalami bencana banjir yang merata di Kota Balikpapan. Dengan tujuan penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan gambaran mengenai tingkat kerawanan banjir sehingga dapat menjadi masukan mengenai bentuk penanganannya pada saat hujan terjadi oleh Pemerintah Kota Balikpapan atau dengan pihak-pihak yang terkait yang berperan penting dalam pembangunan Kota Balikpapan.

Metode yang digunakan dalam penelitian mengacu kepada pendekatan kuantitatif (pengharkatan) terhadap parameter-parameter kerawanan banjir genangan yang berupa kemiringan lereng, infiltrasi tanah, kerapatan drainase, penggunaan lahan, dan curah hujan. Tahapan pengolahan data dengan memberikan pengharkatan dan bobot pada setiap parameter, selanjutnya dilakukan proses tumpangsusun (overlay).

Hasil yang diperoleh dalam kajian ini dapat disimpulkan bahwa daerah Kota Balikpapan didominasi oleh daerah yang sedang dan tidak rawan akan banjir genangan dengan presentase untuk klas sedang 45.87 % seluas 230.12 km2 serta kelas tidak rawan dengan presentasi 24.82 % seluas 124.55 km2. Sehingga dapat dikatakan Kota Balikpapan memiliki topografi yang datar dengan tekstur tanah yang kasar serta drainase yang baik sehingga tidak rentan atau dengan kelas sedang terhadap bajir genangan pada saat hujan dengan intensitas besar maupun intensitas kecil turun.


Kata kunci: banjir, pembangunan, penanganan, parameter, kuantitatif